Harga Sawit Terjun Bebas
Tuesday, November 27, 2012
![]() |
OKU SELATAN - Sempat bertahan di harga Rp 1400/ kilogram
(kg), kali ini harga buah sawit terjun bebas hingga mencapai Rp 500/kg
penurunan harga sawit sebesar Rp900 / kg sudah terjadi selama hampir satu
bulan.
Akibat turunnya harga sawit meresahkan kelompok petani sawit
yang mengantungkan ekonominya dari buah sawit seperti yang dialami para petani
sawit di Dusun Sido Mulio, Desa Srimenanti, Kecamatan Buay Pemaca
Sucipto ketua kelompok Padat Karya dan juga penampung buah
sawit ditemui, kemarin (26/11) membenarkan, harga buah sawit beranjak turun
yang sebelumnya Rp1400 /Kg, kini mengalami penurunan menjadi Rp 500 rupiah/Kg
turunya harga sawit ini telah satu bulan terakhir ini.
“Harga sawit segar selalu mengalami penurunan dan ini
dirasakan para petani yang mengelolah kebun kelapa sawit setiap tahunnya,
biasanya petani menjual buah sawit yang dipanennya bisa mencapai Rp 1,400
kini hanya bisa menjual hasilnya panennya Rp 500 rupiah perkilogramnya,”
ungkap Sucipto
Lebih lanjut, Dia mengatakan akibat terjadinya penurunan
harga jual buah sawit berdampak pada perekonomian petani sawit yang
mengandalkan dari sumber penghasilan perkebunan sawit. Apalagi saat ini
menghadapi musim paciklik jadi petani sangat mengeluhkan harga sawit mengalami
turun yang cukup besar.
Padahal hasil sawit dalam satu bulan itu panen dua kali
dengan hasil satu kali panen itu mencapai 73 ton itu dalam 25 hektar. “Petani
pasti mengeluh soalnya mereka biasanya menjual hasil sawit dengan harga Rp1400
/kg, sekarang kini menjadi Rp500/Kg. Biasanya hasil sawit ini kita jual ke Baturaja
ke Mitra Ogan, jadi penurunanya sangat banyak yaitu Rp900 / kg,” ujarnya.
Jamasri warga Sido Mulio, sangat mengeluhkan harga sawit
mendampak pada perekonomian petani sawit, dia berharap pemerintah memperhatikan
kondisi masyarakat petani. Perkebunan sawit ini secara kelompok dengan
penghasilan dalam satu hektarnya itu mencapai 1,5 Ton dalam satu kali panen.
“Harapan kami semoga harga buah sawit segera naik, karena
kami mengandalkan hidup pada kebun sawit. Jika harga terus mengalami penurunan
bagaimana kami menghidupi keluarga dan kebutuhan yang lainya hingga biaya anak
sekolah,”pungkas Jasmari.