Cuaca Ekstrim, Unggas Mendadak Mati
Tuesday, November 20, 2012
OKU SELATAN - Sejumlah peternak unggas mengeluhkan cuaca
ekstrem yang terjadi selama beberapa pekan terakhir hingga membuat ternak
mereka banyak yang mati. Hal ini seperti dialami oleh beberapa pemilik usaha
peternakan ayam potong Kecamatan Simpang. Puluhan ayam ternaknya mati mendadak
akibat cuaca ekstrem yang cenderung banyak hujan.
“Setiap hari selalu ada tiga hingga lima ekor ayam yang mati mendadak di kandang.
Hal ini terjadi sejak sebulan terakhir seiring tingginya curah hujan,” ujar
santoso, salah seorang pekerja di usaha ayam potong tersebut.
Menurut dia, meski secara berkala dirinya rutin melakukan
penyuntikan vaksin, namun tetap saja masih ada sejumlah ayamnya yang mati
mendadak. Diduga, ayam-ayam tersebut tak kuat dan mengalami stress dengan udara
dingin akibat cuaca ekstrem yang melanda.
Selain membuat ayam stres dan terserang penyakit, cuaca
ekstrem juga membuat pertumbuhan ayam tidak normal. Para
peternak terpaksa memanen ayam-ayamnya lebih dini untuk menekan kerugian. “Idealnya
ayam pedaging dipanen pada usia 37 sampai 40 hari. Karena takut mati, terpaksa
dipanen pada usia 29-30 hari. Selain itu, berat ayam yang idealnya sekitar 2,5
kilogram per ekor saat panen, kini beratnya yang masih sekitar 1,8 kilogram per
ekor, sudah dipanen,” jelas santoso.
Selain berdampak pada pertumbuhan ayam yang cenderung
lambat, cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini pun berdampak pada produktivitas telur pada usaha penangkaran
puyuh. Cuaca yang terlalu dingin berpengaruh pada kondisi burung puyuh yang
masih bertahan untuk bertelur.
“Puyuh jadi tidak mau bertelur kalau cuaca dingin. Keadaan
ini membuat kami merugi karena produksi telur menurun setiap harinya,” kata
Fitri, salah seorang pengusaha puyuh petelur di kecamatan ini.
Dia menjelaskan, penurunan produksi telur diperkirakan bisa
mencapai hingga 50 persen dari kondisi normal. Normalnya, dari 1.200 ekor puyuh
petelurnya bisa menghasilkan 10 kilogram hingga 12 kilogram telur setiap
harinya. Namun saat ini, produksi telur menurun hingga 6 kilogram sampai 8
kilogram setiap harinya.
Selain itu, pembengkakan biaya yang terjadi karena banyaknya
pasokan pakan yang disediakan, dan tidak dibarangi dengan hasil produksi burung
puyuh tersebut. Membuat pengusaha telur puyuh pun makin terpuruk. “Hanya pasrah
saja sambil diberikan penerangan dari listrik untuk menghasilkan panas bagi
puyuh," puungkasnya.