Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Cuaca Ekstrim, Unggas Mendadak Mati


OKUS
OKU SELATAN - Sejumlah peternak unggas mengeluhkan cuaca ekstrem yang terjadi selama beberapa pekan terakhir hingga membuat ternak mereka banyak yang mati. Hal ini seperti dialami oleh beberapa pemilik usaha peternakan ayam potong Kecamatan Simpang. Puluhan ayam ternaknya mati mendadak akibat cuaca ekstrem yang cenderung banyak hujan.
“Setiap hari selalu ada tiga hingga lima ekor ayam yang mati mendadak di kandang. Hal ini terjadi sejak sebulan terakhir seiring tingginya curah hujan,” ujar santoso, salah seorang pekerja di usaha ayam potong tersebut.
Menurut dia, meski secara berkala dirinya rutin melakukan penyuntikan vaksin, namun tetap saja masih ada sejumlah ayamnya yang mati mendadak. Diduga, ayam-ayam tersebut tak kuat dan mengalami stress dengan udara dingin akibat cuaca ekstrem yang melanda.
Selain membuat ayam stres dan terserang penyakit, cuaca ekstrem juga membuat pertumbuhan ayam tidak normal. Para peternak terpaksa memanen ayam-ayamnya lebih dini untuk menekan kerugian. “Idealnya ayam pedaging dipanen pada usia 37 sampai 40 hari. Karena takut mati, terpaksa dipanen pada usia 29-30 hari. Selain itu, berat ayam yang idealnya sekitar 2,5 kilogram per ekor saat panen, kini beratnya yang masih sekitar 1,8 kilogram per ekor, sudah dipanen,” jelas santoso.
Selain berdampak pada pertumbuhan ayam yang cenderung lambat, cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini pun berdampak pada  produktivitas telur pada usaha penangkaran puyuh. Cuaca yang terlalu dingin berpengaruh pada kondisi burung puyuh yang masih bertahan untuk bertelur.
“Puyuh jadi tidak mau bertelur kalau cuaca dingin. Keadaan ini membuat kami merugi karena produksi telur menurun setiap harinya,” kata Fitri, salah seorang pengusaha puyuh petelur di kecamatan ini.
Dia menjelaskan, penurunan produksi telur diperkirakan bisa mencapai hingga 50 persen dari kondisi normal. Normalnya, dari 1.200 ekor puyuh petelurnya bisa menghasilkan 10 kilogram hingga 12 kilogram telur setiap harinya. Namun saat ini, produksi telur menurun hingga 6 kilogram sampai 8 kilogram setiap harinya.
Selain itu, pembengkakan biaya yang terjadi karena banyaknya pasokan pakan yang disediakan, dan tidak dibarangi dengan hasil produksi burung puyuh tersebut. Membuat pengusaha telur puyuh pun makin terpuruk. “Hanya pasrah saja sambil diberikan penerangan dari listrik untuk menghasilkan panas bagi puyuh," puungkasnya. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel