Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Menyusuri Jejak Keganasan Gajah Liar (Habis)

Tapak kaki gajah di areal
persawahan warga

“Berharap Penanggulangan Dari Pemerintah”
Teror gajah liar ini terus menghantui warga Desa Sidodadi, meski setiap tahun atau tiga bulan sekali gajah ini masuk ke Desa Sidodadi namun tidak merusak seperti yang dialami warga saat ini, bahkan kawanan gajah ini tidak lagi takut dengan jenis bunyian atau api yang dibuat warga untuk menghalau hewan raksasa ini
“Kami penah buat api, sampai semua jenis mesin kami nyalakan baik motor, atau sensau pemotong pohon, termasuk berteriak, tapi mereka tidak takut bahkan semakin mendekati pemukiman,” ujar Kadus II Anton seraya mengatakan saat itu gajah masuk ke Talang Cadas dan semua penduduk wanita sudah diungsikan ke dusun I. Sedang Kades Sidodadi Sukri mengaku jika dikumpulkan luas kebun warga yang di rusak kawanan gajah lapar ini bisa mencapai dua hektar lebih, sehingga pihaknya berharap pemerintah kabupaten OKUS segera turun membantu menanggulangi permasalahan gajah di desanya
“Kalau dulu gajah ini masuk ke kebun warga selalu malam hari, tapi sekarang tidak lagi pagi dan siang mereka terus berkeliaran di sekitar kebun, sehingga menimbulkan ketakutan warga untuk ke kebun,” ucapnya seraya mengatakan selain melaporkan kejadian tersebut ke pemerintah kabupaten pihaknya juga sudah melaporkan adanya serangan gajah liar ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan di Palembang
Terpisah mantan pegawai Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Akromi yang juga dikenal sebagai pawing gajah di Kabupaten OKUS karena banyak membantu warga mengatasi serangan gajah sejak tahun 1985 lalu mengakui jika empat ekor gajah di Desa Sidodadi merupakan sisa gajah lama yang berasal dari kawasan marga satwa gunung raya
Dikatakan Akromi yang sudah 24 tahun bergelut di penanggulangan gajah liar ini mengaku, pertama kali kawanan gajah liar itu masuk pada tahun 1985 berjumlah 60 ekor dan menghancurkan pemukiman warga di Gunung Raya Kecamatan Mekakau Ilir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Way Kambas Lampung
“Dari tahun 1985 kami berhasil menangkap sekitar 27 ekor gajah, ternyata kawanan gajah ini berpindah ke Kecamatan Buay Pemaca khususnya Desa Sidodadi karena bebatasan dengan Gunung Raya dan terakhir tahun 2005 sekitar 16 ekor gajah menyerang Padang Tais, kami berhasil menangkap sekitar 11 ekor,” ujarnya seraya mengatakan hasil
gajah tangkapan mereka di kirim ke Lahat, OKI, Palembang hingga Kalimatan dan Bali
Akromi yang kini duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) OKUS memastikan empat ekor gajah tersebut berjenis kelamin betina, dan sengaja di biarkan hidup di habitatnya, namun dirinya berharap pemerintah dapat menganggulangi serangan gajah dengan menangkap dan menempatkan empat gajah ini dilokasi lain di Kabupaten OKUS
“Sebaiknya pemerintah OKUS membuat tempat penangkaran empat gajah ini dalam satu kawasan, agar tidak meresahkan warga,” terangnya
Menurutnya biaya untuk menangkap gajah sangat besar, bahkan satu ekor gajah bisa menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta, bahkan satu ekor gajah harus ditangkap menggunakan empat ekor gajah pikat, belum ditambah biaya menjinakan gajah yang memakan waktu sekitar enam bulan
“Kalau empat gajah bisa dihitung sendiri, itu untuk biaya membeli rantai gajah, membawa gajah pikat, membeli obat bius yang mencapai Rp15 juta untuk satu box yang hanya bisa mengatasi satu ekor gajah, belum biaya member makan gajah selama penjinakan,” terangnya seraya mengatakan satu temannya Walimin juga tewas dalam tugas penangulangan gajah di Padang Tais karena diinjak gajah yang lepas saat di jinakan
Sedang Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) OKUS Winaryo, mengatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan BKSD Sumsel mengatasi amukan gajah di Desa Sidodadi, pihaknya terus melakukan pemantauan gerak kawanan gajah tersebut
“Kita akan kirim tim dibantu BKSD Sumsel, kita harap kawanan gajah ini bisa dijauhkan dari desa, yang pasti kita tanggulangi dulu biar tidak meresahkan warga, kalau memang nanti harus dilakukan penangkapan kita akan koordinasi dengan Bupati sebab anggaran yang harus dikeluarkan tidak sedikit,” pungkasnya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel