Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Menyusuri Jejak Keganasan Gajah Liar (Bagian 2)

Kerusakan kebun akibat amukan gajah

“Serangan Gajah Makin Meluas”
Usai melihat kondisi kebun jagung Walidi, perjalanan kami lanjutkan ke kebun Kades Sidodadi, kebun yang berada dilereng bukit dengan aliran sungai selebar dua meter ini kami pun melihat jejak gajah masih membekas di sawah dengan tanaman padi yang menghijau, sedang kondisi tamanan di kebun juga bernasib sama dengan kebun Walidi
“Sepertinya gajah ini tahu kalau yang punya kebun dan sawah kades, padahal kemarin kades bilang tidak mungkin gajah masuk ke kebunnya,”ucap Kadus II Anton sambil bergurau melihat raut wajah kades yang tampak lesu melihat kondisi kebunnya diacak-acak gajah
Di petak sawah selebar lima meter ini kami milihat jejak gajah ditempat berbeda sehingga diperkirakan gajah masuk kekebun dari dua arah, penyusuran terus dilakukan hingga menyebarangi sungai manderai, jalan mendaki kembali terhampar dihadapan kami, tepat dibawa pohon mangga setinggi 10 meter kami berhenti, kokohnya pohon ternyata tidak bisa dirobohkan kawanan gajah meski sebagaian ranting dan buah pohon
sudah berserakan dibawah, bahkan jejak kaki gajah yang melingkari pohon masih tercetak jelas ditanah
“Lihat saja getah dari pohon juga masih tampak, berarti dua malam ini gajah berada di sekitar sini sebab, kemarin ranting pohon yang patah tidak sebanyak ini,” ucap Sarki
Usai menikmati buah mangga yang jatuh perjalanan kembali kami lanjutkan, menuju ke Talang Mat Nur, sepanjang perjalanan kami melihat beberapa jejak gajah salah satu jejak yang mengarah ke pembangkit listrik tenaga air (PLTA) buatan warga sehingga langkah kaki pun kami arahkan kesana, keheranan kami kembali terpampang, pasalnya kabel jaringan dari trapo PLTA itu diputuskan gajah dan disusun rapi ditengah perkebunan kopi layaknya perbuatan manusia
“Wajar kalau di Talang Cadas sekitar pukul 22.00 listrik mati ternyata kabelnya diputus gajah,” ucap Anton
Dengan jalan berputar kami tiba di kebun milik Sekdes Sidodadi, dari atas tebing kami melihat sebuah jalan yang terbentuk karena dilintasi gajah, dugaan jalan itulah yang menjadi jalan keluarnya empat ekor gajah menuju Talang Baru dan merusak rumah Maswari. Puas memandang keunikan langkah hewan bertelinga lebar ini kami mampir ke rumah sekdes Sidodadi sambil menikmati kopi Berita Pagi mendapatkan cerita amuk gajah di rumah Masrawi
“Kejadiannya sore sekitar pukul 16.30, waktu itu saya baru pulang dari Talang Cadas, waktu di kebun saya lihat ada gajah memakan pisang, saya coba mengusirnya dengan sebatang bambu, ternyata gajah ini marah dan mengejar saya,” ujar Masrawi membuka cerita
Kejaran gajah ini memaksa dirinya berlari ke rumah, pria yang belum menikah ini tidak menyangka jika kawanan gajah masih menaruh dendam dengan dirinya, sekitar pukul 22.00 saat kondisi semua pondok sedang sepi kawanan gajah ini mendatangi rumahnya, bahkan langkah kaki hewan dengan tubuh besar yang diperkirakan sekitar empat ton lebih ini tidak terdengar sama sekali
“Saya tahu ketika rumah bergoyang, saya lihat ada empat gajah yang mengepung diluar rumah, melihat ada celah meloloskan diri saya langsung kabur meninggalkan rumah, hutan belantara saya trobos tanpa melihat kebelakang takut gajah masih mengejar,” ucapnya malam itu dirinya terpaksa menginap di pondok lain milik warga pagi dirinya memberanikan diri melihat kondisi pondoknya, malang rumah sudah rusak berat semua isi rumah juga hancur, gandum, beras dan pisang di pondoknya habis dimakan gajah, “mereka hanya tinggalkan kotoran disekitar rumah, saya pun langsung melapor ke kadus dan mengungsi di talang cadas,” jelasnya
Tidak adanya sinyal membuat kami kembali ke Talang Cadas sembari menunggu rekan-rekan yang berkeinginan ke Desa Sidodadi, namun baru berjalan sekitar 300 meter dari tiba-tiba kami melihat pohon karet di kebun warga rusak begitu juga pohon kopi disisi kanan jalan, meski ada rasa takut kami coba mengikuti jejak kaki gajah yang mengarah ke pemakaman
“Ini baunya masih ada, pasti masih dekat karena tadi waktu pergi tidak kondisi kebun belum seperti ini, tapi hati-hati karena langkah gajah ini tidak terdengar,” kata Kades sembari memimpin jalan bau amis gajah pun semakin terasa saat mendekati pemakaman, bahkan semak belukar di sekitar itu pun terlihat rebah karena injakan gajah, rasa takut pun menyelimuti semua orang yang ikut menyusuri jejak gajah, karena takut kami kembali mengembil arah berbeda dengan harapan masih bisa melihat gajah dari jarak aman, namun keinginan itu tidak tercapai karena jarak pandang terhalang rimbunnya kebun kopi dan tanaman liar dihutan belukar sehingga keputusan untuk ke talang cadas kami lanjutkan
Tepat pukul 12.00 rekan-rakan dari Muaradua tiba di Talang Cadas dengan di atar warga  Dusun I, setelah makan siang kami kembali mencari persembunyian gajah liar ini, dan langsung menuju Talang Mat Nur yang menjadi lokasi bermukimnya gajah, hingga di aliran sungai serumpun namun hingga pukul 17.00 kawanan gajah tetap tidak terlihat
kami pun memutuskan kembali ke Muaradua

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel