Siswa Minim, Sekolah Bakal Digabung
Thursday, June 20, 2013
Dievaluasi Usai Tahun Ajaran BaruTerdapatnya Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten OKU Selatan yang memiliki siswa dibawah 90 orang membuat Dinas Pendidikan berencana melakukan regrouping atau penggabung. Penggabungan sekolah yang minim siswa ini diperlukan untuk efisiensi dan juga dapat meningkatkan mutu pendidikan. “Kemungkinan sekolah yang akan kita gabungkan setelah tahun ajaran baru mendatang, jika ada sekolah yang total seluruh siswanya tidak mencapai 90 akan kita gabungkan dengan sekolah terdekat,” terang Kepala Dinas Pendidikan Bahdozen Hanan ditemui kemarin (19/6). Menurut pria berkacamata ini, tidak seluruh SD yang memiliki siswa di bawah 90 orang akan digabungkan sebab, ada beberapa pertimbangan seperti jika sekolah yang dimiliki satu kecamatan sangat terbatas, maka sekolah yang siswanya di bawah angka 90 diperbolehkan untuk terus menggelar kegiatan belajar mengajar. "Pertimbangannya, kami takut siswa tak bisa belajar karena tak ada sekolah yang dekat. Sebab itu, beberapa sekolah tidak diberlakukan peraturan ini dan sekolah yang total siswa melebihi 240 orang juga tidak akan digabungkan,” katanya. Berdasarkan data dinas pendidikan saat ini terdapat SD yang memiliki total siswa dibawah 90 orang diantaranya SD Negeri 3 Banding Agung jumlah siswa sebanyak 45 orang, SD Negeri 5 Banding Agung hanya memiliki 75 siswa SD Negeri 8 sejumlah 61 siswa dan SD Negeri 9 jumlah siswa sebanyak 69 orang. “Kita juga punya ketentuan jika sekolah yang akan digabungkan jaraknya tidak lebih dari satu kilometer, sehingga tidak mengganggu aktivitas siswa untuk menuju sekolah mereka,terkait para pengajar, jika terjadinya pengabungan sekolah ini kita akan memindahkan guru tersebut ke sekolah yang masih kekurangan tenaga pendidik khususnya daerah terpencil,” tagasnya. Diterangkannya minimnya siswa bukan berarti mutu sekolah tersebut jelek, sejarah berdirinya sekolah itu juga harus dipahami sebab kebanyakan sekolah berdiri pada tahun 1978-1980. Pada masa itu belum ada program Keluarga Berencana (KB) dan pertumbuhan penduduk sangat pesat sehingga banyak anak usia sekolah dari itu pemerintah membangun sekolah untuk memberikan fasilitas pendidikan bagi anak-anak usia sekolah tersebut. "Namun, sejak program KB berjalan, pertumbuhan penduduk sedikit berkurang. Akibatnya, bangunan sekolah, termasuk SD, banyak yang tak terpakai karena tak seimbang dengan pertumbuhan siswa yang mulai berkurang," kata pungkas mantan sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten OKU Selatan ini.