Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Bekali Napi Dengan Keterampilan Dan Agama

Melihat Dari Dekat Kehidupan Napi Rutan Muaradua
Aku yakin ini semua, ujian dari Mu, oh Tuhan baru kini aku rasakan kehidupan narapidana, namun aku mohonkan, tabahkanlah hati dalam 'ku menjalani kehidupan ini oh, narapidana” lirik lagu dari raja dangdut Rhoma Irama ini seakan menggambarkan sepengal do’a dari warga binaan yang ada di rumah tahanan (Rutan) cabang Muaradua. Meski diri mereka terkekang dalam ruang sempit dan terhalang jeruji besi namun harapan untuk dapat kembali diterima dalam kehidupan masyarakat selalu menjadi impian mereka, hal ini terungkap kami ditemani Kepala Rutan Cabang Muaradua, Jumadi melihat dari dekat kehidupan warga binaan saat menjalani aktivitas sehari-hari. Dinginnya lantai sel tahanan dan kuatnya hembusan angin yang masuk melalui jeruji besi menjadi sahabat setia bagi 26 tahanan titipan polisi, kejaksaan, pengadilan dan juga 60 orang narapidana (napi) yang telah mendapat vonis pengadilan, dibalik itu semua mereka tetap hidup layaknya masyarakat yang berada diluar lingkungan lembaga pemasyarakatan. “Disini kami merenung akan kesalahan yang kami buat, sehingga pelajaran dari kesalahan yang telah dilakukan tidak kami ulangi lagi,” ujar Indra salah satu napi yang terjerat kasus pencurian. Mendapat vonis hukuman selama tujuh bulan, pria yang hanya luluasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini merasakan suka dan duka kehidupan dibalik jeruji besi, “Disini kita jauh dari keluarga dan tidak bisa berbuat banyak seperti orang bebas, namun disini juga kami mendapat pembekalan akan arti kedisipilinan, selain dapat saling merasakan penderitaan antara sesame napi,” tuturnya sambil menunduk mengingat kesalahan yang dilakukannya. Dia berharap setelah menjalani masa hukuman yang tersisa empat bulan lagi, dirinya dapat diterima kembali oleh masyarakat di daerahnya, dalam masa asimilasi ini dia pun mendapat kesempatan untuk melakukan aktivitas lain seperti membuat tempat cucian mobil yang berada di luar rutan cabang Muaradua. “Disini kita mendapat pembekalan agama seperti belajar mengaji, dan sekarang saya diberi kesempatan belajar cara bertukang untuk membuat cucian mobil bagi pengembangan usaha napi disini,” katanya. Senada diutarakan napi bernama Bodong yang terjerat kasus narkoba, apa yang dialaminya menjadikan dia untuk belajar lebih dalam bergaul. Proses hukuman selama dua tahun yang diterimanya semakin membuatnya sadar akan arti kehidupan. “Dari sini saya akan lebih selektif untuk berteman karena apa yang saya rasakan sekarang menjadi narapidana dari kesalahan saya bergaul dan mudah percaya pada orang,” ucapnya dan mengatakan selama ini dirinya bekerja sebagai buruh bangunan. Pantauan di lingkungan rutan cabang muaradua jauh berbeda dengan kondisi selama ini, terlihat keakraban antara napi maupuan sesame petugas, para napi pun bisa berolahraga atau pun mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian dan ceramah agama. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari kejadian berdarah yang pernah dialami rutan cabang muaradua berapa tahun lalu. Tak hanya itu lingkungan di dalam sel para napi pun terlihat bersih karena setiap pagi para napi diwajibkan melakukan pembersihan dilingkungan rutan. Kepala Ruta Muaradua, Jumadi mengatakan, sebagai kepala rutan yang baru dia ingin keakraban antara napi lebih terjalin, selain itu untuk menghindari terjadinya over kapasitas di rutan muaradua yang hanya bisa menampung sekitar 120 orang napi, dia malakukan kebijakan untuk mengirim napi dengan masa hukuman lebih dari lima tahun ke Rutan Sarang Elang Baturaja. “Napi yang kita pindahkan merupakan napi yang kita rasa bisa membahayakan, ini juga untuk menghindari terjadinya kelebihan kapasitas di rutan muaradua,” ungkapnya. Diakuinya, pihaknya akan berupaya melakukan pembinaan bagi napi sebagai bekal mereka setelah bebas, baik dengan pembekalan olahraga, keagamaan maupun dengan cara mengajak napi untuk berkrativitas menjadikan suatu usaha. “Kalau pembinaan keagamaan kita menjalin kerjasama dengan pondok pesantren memberikan pelajaran agama seperti mengaji seminggu tiga kali yakni hari senin diisi ceramah agama, rabu ajarkan cara membaca al-qur’an dan hari sabtu bagi napi yang baru belajar mengenal huruf al-qur’an kita ajarkan membaca iqro’ dari ustad pondok yang kita datangkan,” katanya. Dibidang olahraga pihaknya juga sudah menyediakan lapangan bulutangkis dan tenis meja, selain memberikan pelajaran senam untuk menjaga kondisi fisik para napi, sedang untuk bidang usaha saat ini pihaknya sedang membuat tempat cucian mobil yang akan dikelola bagi napi yang sudah menjalani masa hukuman 2/3 atau sudah masuk tahapan asimilasi dan napi yang mendapat bebas bersyarat. “Memang untuk kegiatan usaha lainnya yang bisa meningkatkan kemampuan napi kita belum ada, kita juga berharap kedepan dapat memberikan bekal keterampilan bagi napi seperti menjahit ataupun dibidang perbengkelan,” terangnya. Pria yang pernah bertugas di Rutan Way Hui Bandar Lampung ini juga berharap masyarakat yang bisa menerima kehadiran para napi yang telah bebas hal ini dibutuhkan agar para napi ini tidak kembali terjerumus pada kesalahan mereka dan bisa hidup layaknya masyarakat lain. “Terkadang mereka ini terjerumus kembali karena merasa dikucilkan masyarakat meski mereka telah berusaha berubah, jadi peran lingkungan juga sangat berpengaruh meningkatkan kepercayaan diri para napi dan itu merupakan tugas kita bersama,” pungkas Jumadi yang ramah senyum ini. (*)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel