Tak Kunjung Diperbaiki
Tuesday, September 4, 2012
“Jembatan Gantung Desa Tanjung
Menang Dibiarkan Miring”
Meski masyarakat sudah mengeluh
sejak lama dan sudah beberapa kali pula media mempublikasikan kondisi jembatan
gantung di Desa Tanjung Menang kecamatan Buay Pemaca, tak juga kunjung menjadi
perhatian pemerintah. Terbukti sejak mengalami kerusakan 2010 lalu, hingga kini
jembatan yang menjadi akses masyarakat itu tak kondisinya benar-benar nyaris
ambruk dan tak kunjung diperbaiki. Pantauan koran ini kemarin di lapangan, jembatan
yang tinggal menunggu ambruk tersebut semakin membahayakan. Tak hanya bagi penggunanya,
jembatan yang memotong sungai telemo itu juga membahayakan masyarakat yang
memanfaatkan sungai untuk mandi dan mencuci dibawahnya. “Bukan tak mungkin bila
jembatan itu tetap dibiarkan akan ambruk menimpa ataupun kawat selingnya bisa
putus mengenai orang yang biasa memanfaatkan sungai di bagian bawahnya,”kata
Sekretaris desa Erwadi yang sangat khawatir akan kondisi jembatan. Dikatakannya
untuk menahan agar jembatan tak ambruk dan tetap bisa dilalui, masyarakat sudah
bergotong royong mengikat tiang jembatan menggunakan kawat seling yang
diikatkan di batang pohon kapuk (randu). “Itu dilakukan agar jembatan bisa
bertahan sampai pemerintah memperbaikinya,”ujarnya. Selain mengikat tiang
jembatan ke batang pohon randu, warga juga sudah membuat tangga dari bambu yang
diletakkan di bagian tiang yang sudah miring. “Hal itu pula dilakukan agar
jembatan yang kawat selingnya sudah putus tetap bisa dilalui bila arus air
telemo naik,”katanya. Ditanya apakah ada kabar jika jembatan itu bakal
diperbaiki dan dibangun tahun ini, Erwadi mengaku tak ada infoRmasi soal akan
diperbaiki tahun ini. “Kita tak mendengar kabar jika jembatan itu akan
diperbaiki tahun ini, belum ada mengenai itu,”katanya ditemui wartawan kemarin.
Sementara Lini warga setempat mengaku takut mencuci disekitar jembatan, soalnya
khawatir saja bila tiba-tiba jembatan ambruk dan menimpa. “Takut kalu jembatan
itu ambruk saat kita lagi mencuci, karena kita tak bisa memperediksi kapan ambruk,”katanya. Dikatakannya,
bagi warga termasuk anak-anak sekolah dari seberang desa maupun sebaliknya,
yang takut menyusuri jembatan kini terpaksa menyeberangi sungai. Itu pun bila
kondisi air lagi surut (kecil) seperti
sekarang, karena arusnya tidak deras.”kalau air deras mau tidak mau menantang
maut. Sementara memang ada jalan alternatif, yakni lewat rugoh hanya saja
jaraknya lumayan jauh yakni berkisar 3 km dibandingkan lewat jembatan,” pungkasnya.