Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Subhanallah!! Pria Ini Memiliki Tubuh Yang Tak Sempurna, Namun Lihat Apa Yang Dilakukannya.

PALEMBANG - Meski memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna, Hariyadi (45) Warga Jalan Pertahanan Lorong Kelapa V RT 53 RW 12 Kelurahan 16 Ulu tersebut sangatlah tegar dalam menjalani kehidupan.

Dari Pantauan dil terlihat ia dengan kondisi tanpa kedua buah tangan sedang duduk disebuah Masjid Tak jauh dari kediamannya.

Selain tidak memiliki kedua belah tangan ia juga tidak memiliki jari - jari dikedua belah kakinya.

Dengan menggunakan pakaian yang nyaris semuanya berwarna putih, ia terlihat sedang duduk di samping pintu masuk Masjid Al - Kautsar.


Nampak jelas juga terlihat sebuah peci berwarna putih bergaris hitam melingkari bagian kelapa pria tersebut.

Begitu waktu mendekati pukul 12.00 siang, dengan segera ia mulai masuk ke dalam masjid.

Sambil berjalan secara perlahan ia kemudian menuju saff depan di dekat mimbar.

Tak lama kemudian terdengarlah suara azan yang merdu sebagai tanda waktu masuk salat telah tiba.

Ada sesuatu yang tidak terduga ketika dilihat lebih dekat, sebuah pemandangan yang menakjubkan jelas terpampang di dekat mimbar.

Suara azan yang terdengar sangat merdu tersebut ternyata berasal dari seorang pria penyandang kebutuhan khusus yang bernama Haryadi.

Kumandang suara azan yang ia lantunkan sangatlah indah, dan tak butuh waktu yang lama satu persatu jamaah berdatangan untuk salat memenuhi kewajiban salat 5 waktu.

Setelah selesai melaksanakan perintah Allah SWT ia pun kembali keluar masjid dan duduk ditempat asal tak jauh dari pintu masuk masjid.

Begitu dibincangi, ia mengatakan kalau dirinya setiap hari datang ke masjid Al - Kautsar untuk mengumandangkan azan dan juga salat berjamaah.


"Ke masjid biasanya diantar istri pakai motor dan juga kadang berjalan kaki, di masjid ini saya yang azan", katanya.

Hariyadi sendiri ternyata sudah bertahun - tahun aktif mengumandangkan azan di masjid tersebut.

Dibalik aktivitas mulianya yang selalu mengumandangkan azan, ternyata dulunya Hariyadi bukanlah alumni dari sekolah agama maupun dari keluaran Pesantren.

Ia hanyalah seorang tukang cat mobil disebuah bengkel yang ada di wilayah Palembang.

Hidup bertahun - tahun sebagai seorang pengecat mobil, sebuah petaka datang menghampirinya.

"Kejadiannya sekitar tahun 2009", singkatnya.

Kala itu ia mendapatkan tugas untuk mengecat mobil dan juga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Di sebuah kabupaten yang ada di Sumatera Selatan.

Karena sudah ahli dibidang cat, ia tidaklah ragu untuk menjalankan tugas tersebut.

Ketika itu ia bersama satu orang rekannya bertugas terlebih dahulu untuk mengecat SPBU.

Karena tempat yang akan di cat cukup tinggi, ia dan rekannya mengambil sebuah tangga yang terbuat dari besi sebagai alat bantu untuk mengecat.

Begitu ia dan rekannya mencoba untuk menggeserkan tangga menuju tmpat yang akan di cat.

Tanpa ia sadari bagian atas tangga tersenggol kabal jalan.

Spontan saja sengatan listrik langsung menyambar Hariyadi dan rekannya, yang saat itu sedang memegangi tangga.

"Saya dan teman langsung tersengat dan tidak bisa melepaskan diri, lalu kemudian saya tidak ingat apa - apa lagi karena tidak sadarkan diri", jelasnya.

Warga yang melihat segera langsung menyelamatkan keduanya, Hariyadi sendiri mengalami luka bakar yang serius dibagian tangan serta kakinya.

"Saat itu begitu sadar saya telah berada di Rumah Sakit Muhammad Hoesin", ungkapnya.

Luka bakar yang begitu parah dibagian tangan serta kakinya tidak bisa lagi disembuhkan.

Dengan terpaksa untuk menyelamatkan Hariyadi, dokter terpaksa harus mengamputasi bagian yang terkena luka bakar.

Setelah kejadian tersebut, ia harus rela kehilangan pekerjaannya.

Istrinya yang semula hanya ibu rumah tangga biasa kini terpaksa harus menggantikan peran Hariyadi sebagai tulang punggung keluarga.

"Saya tidak bisa bekerja lagi setelah kejadian tersebut, sekarang istrilah yang menggantikan untuk mencari uang", ungkapnya.

Hariyadi sendiri memiliki 4 orang anak, satu diantaranya baru menyelesaikan pendidikannya.

"Anak yang pertama baru tamat sekolah, tiga lainnya masih bersekolah", katanya.

Untuk makan, mandi serta memasang pakaian, ia dibantu oleh istrinya.

"Kalau untuk makan istri selalu menyuapi makanan serta minum, terkadang juga anak saya", terangnya.

Meski dalam kondisi yang sangat sulit, ia tidaklah berputus asa dan lama - lama larut dalam kesedihan.

"Obat yang selama ini saya konsumsi agar tidak larut dalam kesedihan adalah dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, setiap saya selesai azan dan salat berjamaah, hati saya terasa sangatlah tenang dan ikhlas dalam menghadapi cobaan", ungkap Hariyadi.

Editor : sembilannews

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel