Asyik Mencari Belut Disebuah Rawa, Tiba - Tiba Pria Ini melihat Benda Kecil Berwarba Hijau, Kejadian Selanjutnya Sulit Dipercaya.
Saturday, August 10, 2019
SEMBILANNEWS, Palembang - Menjalani aktivitas dimalam hari sudah menjadi rutinitas tersendiri bagi Andi (32), Warga Jalan Azhari Lorong Pedatuan Kelurahan 16 Ulu.
Dengan menggunakan senter sebagai alat bantu penerangan, ia berjalan menelusuri tempat - tempat yang tergenang oleh air.
Tak lupa juga ia membawa sebuah tas dukung berwarna hitam.
Didalam tas tersebut terdapat Akumulator yang sudah dimodifikasi dengan kabal panjang berukuran 3 meter.
Kabal tersebut langsung dihubungkan dengan besi pendek kecil yang sudah disambung dengan pipa berwarna putih.
Dengan tujuan agar aliran listrik dari Akumulator dapat menyambar langsung menuju besi tersebut.
Pipa yang sudah disambung langsung dengan besi tersebut, dibuat agar dirinya dapat terhidar dari sengatan listrik saat akan menyentuh pipa.
Ukuran pipa yang berwarna putih itu sendiri berkisaran 1x5 meter.
Pemakaian alat setrum itu juga sangatlah praktis, pipa dengan ujung besi tinggal di arahkan menuju air, maka aliran listrik akan segera membuat hewan kecil didalam air tersengat.
Cara seperti itulah yang sudah dipakai Andi sejak tahun 2000 yang silam, ia adalah seorang pemburu belut rawa yang mengandalkan sengatan listrik untuk menangkap belut.
Ia memulai aktivitasnya dengan berkeliling mencari rawa - rawa yang tergenang air.
Hasil dari tangkapannya dimasukan kedalam karung besar berwarna putih, untuk kemudian dijual kesuatu tempat penampungan belut.
Untuk 1 kilogram belut dihargai Rp 20 ribu dan dalam satu malamnya Andi bisa mendapatkan 3 - 4 kilogram.
"Kalau lagi banyak tangkapan itu dimusim hujan, belut lebih senang bila banyak rawa yang berair", katanya.
Perjalanan bapak 2 orang anak itu sendiri cukuplah berat, ia harus menempuh jarak berkilo - kilo demi untuk sampai ditempat tujuannya.
Biasanya ia mencari disekitaran wilayah Sekip dengan cara menelusuri perairan DAM yang cukup panjang.
"Di pinggiran DAM cukup banyak belut, karena banyak aliran anak sungai kecil", jelasnya.
Bertahun - tahun menggeluti profesi sebagai pencari belut.
Andi pun sedikit berbagi pengalamannya yang terjadi pada tahun 2008 yang silam.
Kala itu ia sedang mencari belut disekitaran Sekip tengah, tepatnya disebuah rawa - rawa yang dipenuhi tumbuhan kangkung.
"Waktu itu kejadiannya sudah larut malam, mungkin sekitar Pukul 01.00", ingatnya.
Seperti biasanya ia mencari belut sendirian dengan menggunakan senter sebagai alat bantu penerangan.
"Tempatnya rawa yang gelap, airnya tidak terlalu dalam dan biasanya tempat seperti itu banyak belut", jelasnya.
Dengan bersemngatnya ia kemudian langsung turun sambil mengarahkan alat setrumnya menuju ke genangan air rawa.
Akan tetapi kali ini perkiraan Andi meleset, ia sama sekali tidak menemukan belut ditempat tersebut.
"Waktu itu saya sempat bingung, kenapa ditempat seperti itu tidak ada belut, padahal lokasinya sangat strategis untuk mendapatkan belut sebanyak - banyaknya", terangnya.
Setelah mendapati hasilnya sia - sia, Andi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan air rawa tersebut.
Dengan menggunakan senter sebagai alat bantu penerangan, ia berjalan menelusuri tempat - tempat yang tergenang oleh air.
Tak lupa juga ia membawa sebuah tas dukung berwarna hitam.
Didalam tas tersebut terdapat Akumulator yang sudah dimodifikasi dengan kabal panjang berukuran 3 meter.
Kabal tersebut langsung dihubungkan dengan besi pendek kecil yang sudah disambung dengan pipa berwarna putih.
Dengan tujuan agar aliran listrik dari Akumulator dapat menyambar langsung menuju besi tersebut.
Pipa yang sudah disambung langsung dengan besi tersebut, dibuat agar dirinya dapat terhidar dari sengatan listrik saat akan menyentuh pipa.
Ukuran pipa yang berwarna putih itu sendiri berkisaran 1x5 meter.
Pemakaian alat setrum itu juga sangatlah praktis, pipa dengan ujung besi tinggal di arahkan menuju air, maka aliran listrik akan segera membuat hewan kecil didalam air tersengat.
Cara seperti itulah yang sudah dipakai Andi sejak tahun 2000 yang silam, ia adalah seorang pemburu belut rawa yang mengandalkan sengatan listrik untuk menangkap belut.
Ia memulai aktivitasnya dengan berkeliling mencari rawa - rawa yang tergenang air.
Hasil dari tangkapannya dimasukan kedalam karung besar berwarna putih, untuk kemudian dijual kesuatu tempat penampungan belut.
Untuk 1 kilogram belut dihargai Rp 20 ribu dan dalam satu malamnya Andi bisa mendapatkan 3 - 4 kilogram.
"Kalau lagi banyak tangkapan itu dimusim hujan, belut lebih senang bila banyak rawa yang berair", katanya.
Perjalanan bapak 2 orang anak itu sendiri cukuplah berat, ia harus menempuh jarak berkilo - kilo demi untuk sampai ditempat tujuannya.
Biasanya ia mencari disekitaran wilayah Sekip dengan cara menelusuri perairan DAM yang cukup panjang.
"Di pinggiran DAM cukup banyak belut, karena banyak aliran anak sungai kecil", jelasnya.
Bertahun - tahun menggeluti profesi sebagai pencari belut.
Andi pun sedikit berbagi pengalamannya yang terjadi pada tahun 2008 yang silam.
Kala itu ia sedang mencari belut disekitaran Sekip tengah, tepatnya disebuah rawa - rawa yang dipenuhi tumbuhan kangkung.
"Waktu itu kejadiannya sudah larut malam, mungkin sekitar Pukul 01.00", ingatnya.
Seperti biasanya ia mencari belut sendirian dengan menggunakan senter sebagai alat bantu penerangan.
"Tempatnya rawa yang gelap, airnya tidak terlalu dalam dan biasanya tempat seperti itu banyak belut", jelasnya.
Dengan bersemngatnya ia kemudian langsung turun sambil mengarahkan alat setrumnya menuju ke genangan air rawa.
Akan tetapi kali ini perkiraan Andi meleset, ia sama sekali tidak menemukan belut ditempat tersebut.
"Waktu itu saya sempat bingung, kenapa ditempat seperti itu tidak ada belut, padahal lokasinya sangat strategis untuk mendapatkan belut sebanyak - banyaknya", terangnya.
Setelah mendapati hasilnya sia - sia, Andi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan air rawa tersebut.
Begitu kakinya ingin melangkah untuk naik ke atas permukaan, tanpa sengaja ia melihat sebuah benda kecil tergelatak di atas daun kangkung.
"Warnanya hijau dengan ukuran kecil", singkatnya.
Karena dihantui rasa penasaran, ia kemudian mendekati benda itu.
Tanpa ia diduga - duga, ternyata benda tersebut adalah batu cincin kecil berbentuk sedikit bulat dengan warna hijau muda.
Ia kemudian langsung mengambil batu tersebut dan keluar dari air rawa.
"Kala itu saya sempat bingung, bagaimana mungkin bisa ada batu cincin di atas daun kangkung", katanya.
Ia pun segera menyimpannya dan kemudian meneruskan pencarian belutnya ke tempat lain.
Keesokan harinya ia melihat batu tersebut sangatlah indah dengan cahaya hijaunya.
"Batunya warna hijau yang sangat indah", singkatnya.
Seperti baru tersadar Andi pun teringat sesuatu sebelum ia menemukan batu tersebut.
"Saya baru ingat keesokan harinya, 3 hari sebelum menemukan batu itu, saya sempat bermimpi bertemu orangtua dengan pakaian terusan berwarna putih lengkap dengan peci di atas kepalanya", ungkap Andi.
Dalam mimpinnya, sosok pria misterius itu mengatakan seseuatu hal kepada Andi.
"Nanti kamu akan menemukan sesuatu diluar sana, begitu kata pria didalam mimpi saya", kata Andi.
Karena merasa itu adalah amanah, ia pun membuatkan gagang ikatan untuk batu tersebut.
"Setelah batunya dibuatkan gagang, saya kemudian terus memakai cincin itu", ungkapnya.
Karena keindahannya, batu berwarna hijau tersebut sempat beberapa kali ditawar oleh tetangganya.
"Pernah tetangga saya menawar batu saya seharga Rp 650.000, tapi saya tidak menjualnya karena kenangannya", jelas Andi.
Untuk jenis batu itu sendiri Andi kurang begitu mengetahuinya.
"Saya juga tidak tahu ini batu jenis apa, tetapi pernah ada yang bilang ini adalah batu jenis Badar Lumut", terangnya.
Editor : sembilannews